KisahPaku Thursday, October 14, 2010. Assalamualaikum.. Bapanya mengucapkan tahniah dan menyuruh dia mencabut kembali paku itu satu persatu, pada setiap hari yang ia lalui tanpa kemarahan. Hari berganti hari, dan akhirnya dia berjaya mencabut kesemua paku-paku tersebut. Pemuda tersebut lantas memberitahu perkara tersebut kepada bapanya
KisahKapak, Gergaji, Palu dan Api Written By Unknown on Senin, 31 Desember 2012 | 21.38. Alkisah suatu ketika kapak, gergaji, palu dan nyala api sedang melakukan perjalanan bersama2. Disuatu tempat perjalanan mereka terhenti karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalan.
Petugas Embarkasi Surabaya menyita barang berupa palu dan paku milik jemaah calon haji asal Kabupaten Lamongan yang ditemukan saat pengecekan sebelum berangkat ke Tanah Suci. "Ada barang yang dilarang dibawa, seperti palu, paku, hingga cobek di dalam tas tenteng milik jemaah," kata Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya Husnul Maram di Surabaya
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. SUATU hari terjadi kerusakan mesin pada sebuah kapal raksasa. Pemilik kapal mencoba memanggil satu per satu ahli di bidangnya, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang tahu bagaimana memperbaiki mesin. Hingga kemudian mereka membawa masuk seorang lelaki tua yang telah memperbaiki kapal sejak dia masih muda. BACA JUGA Inilah Wanita Muslim yang Selamat dari Kecelakaan Kapal Titanic pada 1912 Dia membawa sekantong besar perkakas. Dia langsung beraksi begitu tiba di lokasi. Dia memeriksa mesin dengan sangat hati-hati, dari atas ke bawah. Dua pemilik kapal ada di sana, mengawasi pria ini, berharap dia tahu apa yang harus dilakukan. Setelah melihat semuanya, lelaki tua itu merogoh tasnya dan mengeluarkan palu kecil. Dia dengan lembut mengetuk sesuatu. Seketika, mesin itu langsung hidup. Lantas, dia dengan hati-hati menyimpan kembali palu tadi. Mesinnya sudah sembuh’! Seminggu kemudian, pemilik kapal menerima tagihan dari lelaki tua itu sebesar sepuluh ribu dolar. “Apa?!” sang pemilik berseru tak percaya, “Dia bahkan hampir tidak melakukan apa-apa!” Jadi mereka menulis kepada orang tua itu sebuah catatan yang berbunyi, “Tolong kirimkan kepada kami tagihan yang terperinci!” BACA JUGA MasyaAllah, Inilah Alasan Mengapa Kapal di Laut Tidak Tenggelam Pria tua itu pun mengirimkan tagihan berisi keterangan sebagai berikut “Mengetuk dengan palu $ 2,00. Mengetahui di mana harus memperbaiki kerusakan $ Dari kisah ini kita dapat belajar bahwa usaha itu penting, tetapi mengetahui mana yang harus diusahakan dalam hidup, itulah yang membuat semua perbedaannya. Dalam Islam, ilmu pengetahuan dan wawasan itu sangat berharga. Ilmu akan bermanfaat bagi seseorang. Itu yang membuatnya dihargai di dunia, dan itu pula yang membuat kedudukannya tinggi di akhirat. [] SUMBER ISLAM CAN
Jakarta - Dua minggu berlalu sejak gempa dan tsunami meluluhlantakkan beberapa wilayah di Sulawesi Tengah. Kepedihan mereka yang menyaksikan kehancuran dan kehilangan orang yang dicintai, menyisakan kisah-kisah kayu malang melintang, tumpukan puing beton, sepeda motor yang ringsek dan rongsokan barang-barang rumah tangga, mulai dari pot yang remuk hingga dan panci penyot dan mainan yang rusak tampak gempa bumi berkekuatan 7,5 menghantam pesisir Palu, setumpuk puing beton berwarna merah jambu yang luluh lantak adalah yang tersisa dari rumah pedagang buah, Kaharuddin. Dia menatap puing-puing itu di kota kelahirannya Balaroa dan mengatakan di bawah tumpukan itu ada putrinya yang berumur satu tahun dan hilang setelah bencana 28 September."Saya hanya menunggu di sini dan berharap bisa menemukan anakku," kata lelaki berusia 40 itu. "Atau mungkin aku harus menerima kenyataan bahwa ia tetap dimakamkan di sini."Empat hari setelah gempa, petugas evakuasi menemukan jenazah istrinya, Hastuti, yang tangannya masih memeluk jasad dua anak perempuan mereka yang lain, yang berusia empat dan dua tahun, begitu tuturnya dalam orang diduga masih terkubur di bawah lumpur, demikian perkiraan petugas penanggulangan bencana. Pencarian korban resmi dihentikan pada hari Jumat lalu, dua minggu setelah gempa, meskipun ada permintaan warga agar pencarian tetap bumi di Palu mengubah tanah menjadi lumpur dan menyeret ribuan rumah dan orang-orang di dalamnya ke bawah lumpur dan aspal. Gempa dan tsunami menghancurkan ribuan rumah, mobil dan bangunan lain, menyeret benda-benda itu ratusan meter dari posisi aslinya dalam waktu hanya beberapa bumi menelan manusia"Rasanya seperti bumi itu hidup," kata Darmi, yang melihat separuh dua lantai rumahnya runtuh. "Terbuka, menelan dan kemudian menutup lagi. Dan kebisingannya begitu keras. Suara 'k-k-k' yang keras dan retak."Kembali ke Balaroa untuk pertama kalinya dua minggu setelah bencana, Hesti Andayani, terkejut menemukan rumahnya meluncur jauh dari lokasi aslinya. "Butuh begitu lama untuk menemukannya," katanya, sambil menangis. "Tak tahu lagi di mana kami bisa tinggal sekarang."Hesti, yang kehilangan adik perempuannya akibat gempa, duduk di atas tumpukan ubin yang pernah menutupi bagian lantai kedua kamar tidur, dikelilingi oleh perhiasan dan kosmetik berdebu. "Ini semua yang tersisa. Riasanku, kalung, pin untuk jilbab saya,"katanya sambil relawan tiba dengan lusinan ekskavator untuk membantu menggali jenazah yang tertimbun. Sementara sejumlah warga mengais barang berharga dari puing-puing rumah mereka yang kematian orang yang dikasihiPejabat pemerintah kabupaten Palu, Yassir Garibaldi, mendorong dan menarik sebuah mobil putih yang terjebak di bawah serambi bangunan yang runtuh. "Saya membeli mobil ini untuk orang tua saya," katanya. "Mereka sudah meninggal sekarang. Itu satu-satunya milik mereka."Dia dipaksa menyaksikan tanpa daya saat orang tua dan keponakannya meninggal setelah gempa mengguncang. "Saya menemukannya pagi hari setelah gempa," kata Yassir."Saya berhasil berbicara dengan mereka, bahkan memberi mereka air minum. Setelah beberapa saat, mereka berhenti bernafas." Banyak orang kehilangan orang yang Petobo, Ameriyah kehilangan tiga anaknya, seorang cucu dan seorang menantu laki-laki. Dia sudah pasrah. "Kami telah mengadakan doa pemakaman bagi mereka, jadi kami berharap jiwa mereka akan damai, " orang lainnya tetap tidak bisa dihibur. "Saya tidak tahu harus berbuat apa selanjutnya. Tidak ada yang tersisa untukku di sini," kata Kaharuddin, pedagang buah yang masih mencari jasad putrinya di bawah puing-puing beton merah muda dari bekas rumah ita/ita
Di sebuah daerah yang berada di pinggiran kota, hiduplah seorang anak laki-laki yang mempunyai siÂÂfat yang sangat pemarah. Anak itu memÂÂpunyai kebiasaan yang sangat buruk, seÂÂtiap hari dia selalu marah-marah dengan alasan yang tidak jelas. Ayah anak itu muÂÂlai berfikir bagaimana agar anaknya bisa meninggalkan sifat buruknya itu. AkhÂÂirnya sang ayah medapatkan sebuah ide. Sang ayah memberi anak itu sekantung paku dan sebuah palu, kemudian sang anak disuruh untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia seÂÂdang marah. Pada hari pertama, anak itu telah menancapkan 50 buah paku ke pagar, dengan demikian pada hari itu sang anak telah marah sebanyak 50 kali. Pada hari berikutnya sang anak memakukan lebih sedikit paku dari hari sabelumnya. SeÂÂcara bertahap jumlah paku yang ditanÂÂcapkan sang anak semakin hari semakin berkurang. Menurut sang anak menahan amarah itu lebih mudah daripada meÂÂmakukan paku ke pagar. Akhirnya sampai pada suatu hari dimana sang anak betul-betul bisa menÂÂgendalikan amarahnya dan tidak cepat hilang kesabaran. Akhirnya dia memberiÂÂtahukan hal itu kepada sang ayah. Sang ayah hanya tersenyum simpul, kemuÂÂdian sang ayah menyuruh anak itu untuk mencabut sebuah paku setiap hari di saat dia sedang tidak marah. Hari demi hari berlalu dan anak laki-laÂÂki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahÂÂwa semua paku yang menancap di dinding pagar belakang rumahnya telah berhasil dicabut. Kemudian sang ayah menuntun anaknya menuju ke pagar itu, “anakku, , , kamu telah berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang ayah berikan, tapi lihatÂÂlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah sama seperti sebelumÂÂnya. Saat kamu mengatakan/melakukan sesuatu dalam kemarahan, kata-kata dan perbuatanmu akan meninggalkan bekas seperti lubang ini…di hati orang lainâ€Â. Kita bisa menusukan “pisau†ke tubuh seseorang, kita juga bisa menÂÂcabutnya kembali. Tapi apa yang terjadi, “pisau†itu akan tetap melukai orang itu. Dan parahnya meskipun kita telah meÂÂminta maaf sekalipun luka itu akan tetap ada. Percayalah saat Anda sedang berada dalam kemarahan, hal terbaik yang sebaiÂÂknya Anda lakukan hanyalah Diam. *
kisah paku dan palu